Disclaimer : Sebelum membaca part 2 harap membaca part 1 terlebih dahulu agar memperoleh informasi serta jalan cerita yang lengkap.
DHARMOADJIE PART 2 : ROJOPATI KAPING PINDHO
Lalu bagaimana caraku untuk menangkap kelompok Brandal Jabalgeni?, yang jelas sangat susah untuk menangkapnya karena bukti dan saksi cukup sedikit. Markas mereka juga selalu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Sehingga susah dilacak keberadaannya oleh pasukan keamanan apalagi masyrakat biasa. Pasukan Bhayangkara pernah mengirim pancingan atau sejenis mata mata untuk mengawasi gerak gerik mereka, namun pancingan tersebut malah dibunuh oleh kelompok itu. Raden putro juga pernah memburu kelompok itu, bukan kelompok itu yang berhasil tertangkap namun Raden Putro harus rela kehilangan telapak tangan kanannya yang sebelah kanan. Raden Putro tetap tegar,ia mengatakan bahwa ia akan terus berkorban demi kadipaten dan negaranya.
Gambar stupa |
Suatu hari diselenggarakannya perayaan di pendopo kadipaten, perayaan ini diselenggarakan kecil kecilan yang hanya mengundang kaum bangsawan dan beberapa pejabat pemerintahan. Kebetulan juraganku juga ikut dalam perayaan itu, sehingga aku diminta untuk mengawalnya. Di pendopo, semua tamu dipersilahkan menyantap hidangan sampai puas. Semua tampak senang dalam perayaan itu, juraganku minum segelas tuak dan mandor lainnya sibuk melinting tembakau untuk rokok. Yang tampak berbeda ialah Raden Semi, dari awal acara ia terus melamun dan murung, entah apa yang ia pikirkan. Kemudian aku diperintah juraganku untuk mengambil dokumen dokumen penting yang ditulis diatas kulit kerbau, nantinya dokumen tersebut akan menjadi bukti pajak tanah masyarakat.
Di lorong pendopo aku berpapasan dengan Raden Semi, mukanya tampak kebingungan dan terlihat tergesa gesa. Seolah dia telah melihat sesuatu yang menakutkan. Tanpa melihat diriku, beliau bertabrakan dengan diriku. Beliau pun minta maaf dan segera pergi dengan tergesa gesa, aku tidak menghiraukannya. Entah mengapa, mataku tertuju pada suatu bungkusan. Dan setelah kubuka bungkusan itu, alangkah terkejutnya aku karena bungkusan itu berisikan barang yang selama ini kucari.
Namun apakah benar semua ini terjadi padanya?, apa yang dia lakukan?. Aku tidak dapat menyimpulkan, karena terlalu sedikit bukti. Kemudian aku kembali pada perayaan, dimana hanya tinggal Raden Putro, permaisuri, dan Raden Ayu. Raden Ayu sibuk menuangkan teh kepada para tamu undangan. Di depanku sekarang saat ini tersaji ketela rebus, baunya sangat wangi dan rasanya sangat manis. Aku ketagihan akan rasanya, di tengah itu aku teringat sesuatu. Ya.........Ketela ada di TKP pembunuhan kemarin, kalaupun itu gudang hasil bumi, yang disimpan hanyalah gabah dan beras ketan saja. Hasil bumi lain disimpan dalam gudang yang berbeda, namun mengapa ketela ditemukan di gudang itu, inilah yang membuatku keheranan.
Sejurus kemudian datanglah Raden Ayu yang menuangkan teh pada gelasku. Kami sudah lama tidak bertemu, rupanya Raden Ayu masih respect dengan diriku. Kami saling menanyakan keadaan, membahas bagaimana kehidupan kerajaan hari ini. Dan permaisuri melihatku dari jauh dengan sinis...........D:. Setelah itu kuberanikan diri untuk bertanya
"Mbak ning,kula badhe tangled, napa bapak remen sanget kalih tela?{Mbak ning, saya mau bertanya,aa bapak suka makan ubi?}.
Raden Ayu menjawab "nggih kangmas, bapak kula girang sanget dhahar tela,badhe napa toh ?"{Iya kang mas,bapak suka makan ubi, memangnya mau apa dengan bapak?}.
Dengan tersenyum aku menjawab"Ooo mboten, kula badhe tangled, ten pundi nggih bapak langganan tela?{oooo tidak,saya tanya dimana bapak langganan ubi?},dan Raden Ayu menjawab dengan tersenyum juga
"Ten gunungwaru kang mas,ing meniko wonten tani ingkang sukses kang asmi Pak Sasmito.{di Gunungwaru kang mas,disana ada petani yang sukses bernama Pak Sasmito}.
Aku pun berterima kasih dan langsung bergegas menuju gunungwaru malam itu juga. Di perjalanan aku masih terbayang senyumnya Raden Ayu yang nggak tertahankan...........D:.Di gunungwaru, aku berhasil bertemu Pak Sasmito. Orangnya sudah renta, kebunnya luas dan pegawainya banyak. Dia bercerita bahwa dia punya istri sebanyak 39 istri, diantaranya yang paling muda berusia sekitar 16 tahun. Aku terperangah mendengar pernyataan itu,sudah bau tanah tapi nafsu juga............D:.
Gambar pemandangan sawah |
Tak terasa, kami berbincang cukup lama sehingga lupa akan tujuanku ke sini. Kemudian aku bertanya, apakah Adipati Raden Semi sering langganan ubi?. Dan dia menjawab iya, bahkan Beliau pernah membeli satu hektar ubi untuk perayaan bersih desa. Tanpa pikir panjang, aku berterima kasih dan pamit untuk pulang. Hari sudah semakin malam, ketika tiba di gerbang kadipaten, aku mengajak pegawai gudang yang melihat Raden Semi mondar mandir di TKP pembunuhan kemarin. Setelah sampai di padepokan, semua mata tamu undangan tertuju padaku. Kali ini aku dimarahi habis habisan oleh juragan karena pergi tidak izin terlebih dahulu.
Aku mengaku ini memang salah, akan tetapi ini demi masa depan kadipaten. Waktu itu perayaan berada pada puncaknya, semua dalam kondisi mabuk berat. Aku bertanya dimana Raden Semi, sang permaisuri menjawab beliau ada pada kamar khususnya. DUUUUKKKK......Tiba tiba terdengar seperti pukulan benda tumpul yang keras, aku dan seluruh tamu undangan bergegas pergi ke kamar khusus milik Raden Semi. Pintunya terkunci dari luar, terpaksa kami harus mendobraknya. Dan setelah itu, tampak Raden Semi terbaring kaku di lantai. Kuperiksa denyut nadinya, dan beliau sudah meninggal dunia. Tangis seisi ruangan pun pecah.
Kami segera menyingkir begitu Pasukan Bhayangkara datang dan melakukan Investigasi. Hasil investigasi ditemukan serbuk Jambe Mendem akan tetapi belum sempat dikonsumsi. Aku pun menggerutu sial padahal tersangka pembunuhan telah terungkap, Aku pun menerangkan sebenarnya bahwa pelaku pembunuhan mandor gudang kemarin ialah Raden Semi.
Semua pun tercengang, bahkan ada yang sampai mau memenjarakanku karena aku dinilai lancang. Bukan tanpa alasan aku menyimpulkan Raden Semi sebagai pelakunya, bungkusan yang kudapatkan setelah tertabrak Raden Semi adalah bungkusan serbuk Jambe Mendem, itu artinya alat ini sebagai bukti bahwa mandor gudang dibunuh dengan cara membius korban tanpa menghiraukan dosis. Sebelumnya Raden Semi membakar ubi yang akan dimakan bersama Mandor gudang, kemudian Raden Semi membunuhnya, setelah membunuh, beliau membuat tanda siwa agar kasus ini tampak dikerjakan oleh kelompok Brandal jabalgeni dan kemudian membakar gudang itu. Tapi motif apa yang mendasari kasus pembunuhan ini???????????.
https://pixabay.com/id/photos/lanskap-pagi-kabut-matahari-terbit-5208489/
https://pixabay.com/id/photos/lanskap-sawah-matahari-terbenam-2389023/
0 Comments