Disclaimer : Terima kasih kepada anda yang sudah mempercayakan kepada kami, terus ikuti laman blog kami agar terus merasakan pengalaman membaca cerita sesungguhnya. Dilarang untuk meng Copy Paste cerita tanpa seizin admin.
Aku tidak menyangka bakalan ada orang yang menolongku. Namun tetap saja, meskipun aku telah dibawa keluar oleh orang itu. Akan tetapi makhluk makhluk gaib itu tetap saja mengejar kami hingga melewati rimbunnya kebun tebu di sekitar Bangunan Kamp 17. Makhluk gaib itu berhenti mengejar kami setelah kami masuk ke dalam sebuah rumah yang terletak di tengah kebun tebu. Rupanya rumah tersebut adalah milik dari orang yang menolongku ini. Rumah Joglo dengan arsitektur yang khas dan sederhana membuat rumah ini terlihat klasik, dinding kayunya yang terbuat dari kayu jati berdiri kokoh sehingga udara dingin dari luar tidak dapat menembus ke arah kami.
|
Sumber gambar : https://pixabay.com/id/photos/villa-rumah- suram-gelap-villa-tua-3237114/ |
Tak disangka, orang itu ramah kepadaku. Beliau memberiku selimut dan membuatkan diriku teh untuk menghangatkan diri. Kami berkenalan dan kemudian berbincang bincang dengan akrabnya. Orang itu berumur sekitar 30 tahun, berperawakan Arab, badan jangkung besar, kulitnya putih, hidung mancung, dan alis tebal. Saat ini beliau hidup sendiri di dalam gubuk tua ini dan kesehariannya ialah menjadi petani tebu. Saking asyiknya kami bicara, sampai aku lupa dengan nasib teman temanku. Di tengah kepanikanku akan kondisi teman temanku, tanpa diduga, orang itu memberikan sejumlah Informasi yang membuatku kaget.
"Perkenalkan Namaku Roy" Kataku sambil mengulurkan tangan.
"Namaku Luqman, Luqman Al Hakim. Disini aku bekerja sebagai petani tebu" Kata orang itu.
"Waah....nama yang bagus, ngomong ngomong mengapa anda menolong diri saya ?" Tanyaku.
"Kebetulan aku tadi lewat di depan bangunan itu, aku dengar ada suara teriakan. Ya udah deh......aku menolongmu karena kamu kelihatan ketakutan. Lagi pula, bukankah saling menolong merupakan kewajiban bagi semua manusia" Jelasnya.
"Makasih bang" Kataku sambil menyeruput teh yang tadi beliau berikan.
"Sama sama, eh......kenapa kamu berkeliaran di bangunan itu ?. Bukankah semua orang sudah dilarang untuk masuk ?" Tanya orang itu.
"Saya cuman menuruti apa mau teman saya bang, tiba tiba saja jadi begini. Ya Alloh......bagaimana keadaan teman temanku sekarang ?" Kataku panik.
"Tenang tenang, kamu istirahat saja dulu. Nanti kita cari solusinya" Kata Bang Luqman.
Setelah beberapa lama istirahat, kami pun berembuk untuk mencari solusi. Alhasil, kami sepakat untuk masuk kembali ke bangunan itu. Akhirnya kami pun berangkat menuju bangunan itu, waktu sudah menunjukkan tengah malam. Bulan yang awalnya terang perlahan menghilang tertutup oleh awan yang hitam. Kami masuk ke dalam bangunan itu, dan Bang Luqman menuntunku ke sebuah ruangan. Sepertinya Bang Luqman paham betul akan bangunan ini. Kami pun kembali melewati lorong yang sempit dan juga gelap. Tak jarang juga kami bertemu dengan beberapa penampakan seperti kepala melayang hingga kuntilanak yang membuatku ngeri. Akan tetapi Bang Luqman berusaha membuat diriku berani dengan cara terus berdoa.
Keeek.....Keek.......Suara itu terdengar di sepanjang lorong, semakin lama suara tersebut semakin keras. Ketika kuarahkan senter tersebut ke jalan di belakangku. Deeer.......aku kaget lantaran selama ini kami diikuti oleh kuyang, aku berusaha lari sekuat tenaga. Bang Luqman yang melihat hal itu langsung melemparkan sebuah biji labu putih ke arah kuyang tersebut, berharap labu putih itu akan tumbuh dan memerangkap kuyang tersebut. Akan tetapi usaha itu sia sia, kuyang itu tetap mengejar kami. Ketika kami memasuki sebuah ruangan, kuyang itu kemudian menjauh dari kami. Di ruangan itu, alangkah terkejutnya melihat teman temanku yang sudah diikat dalam kondisi terlentang lengkap dengan sesajen dan pernak pernik mistis di sampingnya. Bang Luqman segera menutup mulutku dan kami bersembunyi di balik sebuah lemari.
Dari sini aku bisa melihat jelas, rupanya teman temanku akan dijadikan sebagai tumbal atau seserahan.
Tak lama setelah itu, muncul seseorang yang tidak asing bagiku. Orang itu adalah nenek nenek tua yang sebelumnya pernah kutemui di lorong, nenek itu tampak membacakan aji aji dan bersiap untuk menikam salah satu temanku dengan pisau, temanku tidak bisa memberontak karena sebelumnya ditidurkan sengan menggunakan ilmu sirep.
|
Sumber gambar : https://pixabay.com/id/photos/ hutan-pohon-kabut-suasana-gaib-3877365/ |
Aku tak tahan melihat hal itu, aku geganah dan secara tidak sengaja menjatuhkan lemari yang kami buat sebagai persembunyikan. Kini perhatian nenek nenek itu mengarah pada kami, tatapannya sangat mengerikan dengan kulit yang keriput di sekitar matanya.
"Hiiii......hiiii......sudah kuduga kalian bakal kemari" Kata nenek itu sambil tertawa ngeri.
"Nyi Sawapari, Hentikan Praktekmu itu !!!. Kau tidak bisa mengambil tumbal seenaknya" Teriak Bang Luqman.
"Biarlah........kau tak ingat ke ?, dulu ada Investor yang menggunakan pesugihan. Tapi beliau ingkar janji dan meninggalkan tempat ini, sekarang aku mau tagih janji itu" Kata nenek itu.
Dengan cepat, nenek itu melemparkan sebuah pisau ke arah kami. Kami dapat menghindar, kini Bang Luqman berbalik menyerang nenek itu. Rupanya Bang Luqman bukanlah orang biasa, ia punya kesaktian sampai bisa bertarung dengan mahluk yang bukan manusia. Aku pun tak tinggal diam, dengan cepat aku membangunkan dan melepaskan ikatan pada teman temanku. Singkat cerita, teman temanku akhirnya bebas. Sementara Bang Luqman dan nenek itu masih bertarung, akhirnya kami putuskan untuk lari dari area itu. Namun, Nyi Sawapari yang mengetahui hal itu langsung menyuruh makhluk gaib lainnya untuk menghadang kami. Kami ketakutan, kami pasrah tidak bisa berbuat apa apa lagi.
Ketika kondisi kami terpojok, mendadak Bang Luqman membanting sebuah kendi yang berisikan air mawar dan membakar pelepah pisang. Mulutnya tak gentir membaca aji aji yang panjang, sontak semua makhluk gaib kepanasan. Ada juga yang berusaha melarikan diri, Nyi Sawapari sudah tidak bisa berbuat apa apa karena kelemahannya sudah diketahui. Blaaarrrr...........dalam sekejap petir menyambar dan melenyapkan Nyi Sawapari beserta anak buahnya.
"Tidaaaaaaaaakkkkkkk................" Jerit Nyi Sawapari yang semakin lama semakin hilang ditelan angin.
Akhirnya situasi kembali sunyi, yang ada hanyalah suara serangga malam yang saling saut menyahut. Kami semua bersyukur dan bernafas lega, kemudian Bang Luqman menuntun kami untuk menuju keluar. Sekarang, pintu keluar sudah terlihat jelas oleh mata dan pastinya tidak ada lagi makhluk halus yang mengganggu kami. Setelah sampai di luar, kami berterima kasih kepada Bang Luqman dan akhirnya pulang ke rumah masing masing. Ternyata orang tua kami sudah menunggu kami dan sempat melapor kepada ketua RT atas kehilangan kami.
Keesokan harinya, aku melewati depan bangunan itu lagi. Rencananya hari ini aku akan mengunjungi Bang Luqman dan memberikan bingkisan sebagai ucapan terima kasih. Tak seperti biasanya, Bangunan itu tampak ramai sekali oleh kerumunan orang. Tampak juga jenazah Pak Sarto yang dibopong oleh Tim Penyelidik, secepatnya mereka akan menyelidiki sebab kematian beliau. Perlahan kebun tebu di samping bangunan itu kulewati, semak belukar juga ikut kulibas juga. Namun aku belum saja menemukan tanda tanda akan keberadaan pondok milik Bang Luqman. Setelah beberapa lama kususuri kembali, aku pun menyerah. Aku keheranan mengapa pondok itu sulit sekali ditemukan, tak lama kemudian kakiku menyenggol sebuah benda di atas tanah. Setelah kulihat, benda itu ternyata sebuah batu nisan bertuliskan
Luqman Al Hakim.
Lahir : 2 September 1942
Meninggal : 5 Januari 1987.
Aku pun bergidik ngeri............ Lalu siapa yang menolongku kemarin ?, jangan jangan........... Slerp.......aku pun lari meninggalkan tempat itu karena ketakutan.
SELESAI
0 Comments