Disclaimer : Konten ini dibuat untuk mempermudah pembaca yang ingin berlatih monolog. Silahkan berlatih menggunakan naskah ini namun DILARANG UNTUK MERUBAH APAPUN DARI ISI NASKAH INI tanpa seizin admin Cerpen Hits Indonesia.
NASKAH
MONOLOG
“JILAT
LUDAH SENDIRI”
Oleh : Mochamad Riski
Wardana
Di suatu sore yang syahdu, Tarmono yang lelah akibat seharian bekerja mencoba untuk beristirahat di teras.
Tarmono : “Hadeeeh...... akhirnya bisa santai
setelah seharian bekerja. Capek sih capek.... tapi ya musti semangat karena ada
keluarga yang harus bahagia. Cari duit yang halal, gak mungkin aku pesugihan
apalagi main binomo kayak Doni Salmanan.”
Tarmono : “Santai santai gini enaknya baca beritalah......
biar up to date sama kelihatan intelektual.”
Sumber : Pixabay |
Tarmono kemudian membaca berita
yang ada di Handphonenya. Awalnya semua berjalan baik baik saja, tidak ada hal
aneh yang terjadi. Namun tiba tiba saja Tarmono mengubah ekspresinya dari yang
awalnya biasa biasa saja menjadi kesal.
Tarmono : “Korupsi
lima puluh juta tidak perlu ditindak, hanya perlu dibina saja. Lo he.... Apa
apaan ini, kok bisa bisanya orang korupsi nggak ditindak. Makin lama aparatur
negara berlomba lomba korupsi kalau begini sistemnya...... Kacau... Kacau,
nggak mikir apa kalau korupsi dapat merugikan rakyat.”
Tarmono : “Ini
juga, Proyek kereta cepat Jakarta Bandung mengalami pembengkakan dana dan juga
dinilai kurang efektif dalam meningkatkan mobilisasi masyarakat. Nah kan....
PROYEK GAK JELAS !!! PROYEK AMBURADUL !!!! Kemarin kan sudah dibilangi,
Indonesia nggak butuh kereta cepat. Wong Jakarta Bandung bisa aja naik travel.
Murah, nyaman juga.”
Tarmono : “Gimana
sih ini pemerintah !!!!! Apa apa kok nggak dipikir dulu....... selalu saja
bikin polemik. SEKARANG SIAPA YANG RUGI ???? TENTU RAKYAT !!!!!”
Tarmono :
“Sabar Tarmono.... Sabar Tarmono. Kamu nggak boleh ngritik pemerintah, bisa
bisa kamu di dor nanti kalau ketahuan ngritik.”
Tarmono mencoba untuk menenangkan
diri. Berulang kali dia menghirup dan menghembuskan nafas. Setelah dirasa cukup
tenang, dia pun melanjutkan membaca berita yang ada di handphonenya. Akan
tetapi berita yang dibaca kali ini membuatnya semakin marah menjadi jadi.
Tarmono : “Kasus
covid varian omicron semakin meluas, pemerintah memutuskan untuk menyelenggarakan
PPKM level tiga. HAAAH..... COVID LAGI COVID LAGI. Kok kayak nggak ada
habisnya. Negara lain udah mau perang dunia ketiga, Indonesia masih aja mbahas
soal pageblug.”
Tarmono :
“PEMERINTAH BODOH !!!!! GAK BECUS NGURUS NEGARA !!! Katanya lulusan sarjana
semua, tapi kok nyelesain masalah kayak gini aja gak kelar kelar. Lama kelamaan
masalah yang ada di Indonesia itu numpuk. Indonesia itu udah banyak utangnya, masak
masalahnya harus banyak juga. BIADAB MEMANG !!!!!! MUNAFIK !!!! DZOLIM !!!!!! Udah,
nggak percaya lagi aku sama pemerintah, bisanya cuma bikin masyarakat bawah
susah tok. AKU GAK BUTUH PEMERINTAH !!! GAK BUTUH PRESIDEN, GAK BUTUH GUBERNUR,
BUPATI SEMUANYA !!!!” (Emosi Tarmono
semakin tidak terkendali)
Saat Tarmono sedang tinggi darahnya,
tiba tiba saja terdengar suara dering dari handphonenya. Rupanya ada telepon
dari Kepala Desa tempat Tarmono tinggal. Dengan spontan ia langsung mengangkat
telpon itu dan mulai mengobrol dengan Kepala Desa.
Tarmono : “Wah.... ada telpon
dari Pak Kades, kira kira apa ya????”
Tarmono : “Assalamualaikum Pak
Kades, ada apa kok tumben telepon saya.”
Pak Kades : “Waalaikumsalam,
begini Pak Tarmono. Di Kantor desa ada paket sembako dan bantuan sosial....
rencananya akan divbagikan kepada warga yang tidak mampu.”
Tarmono : “Hah.... bantuan
sosial??? Bansos???”
Pak Kades : “Betul, Pak.
Bantuan sosial ini berasal dari Kementrian Sosial. Ada sekitar 40 paket bantuan
yang siap diedarkan. Dan kebetulan Pak Tarmono juga salah satu dari penerima
bantuan ini.”
Tarmono : “Jangankan dari
kemensos, mau bantuan dari presiden, gubernur, bupati, sampai serangan fajar
pun saya terima.”
Pak Kades : “Wah.....
sepertinya anda harus menerima bantuan ini.”
Tarmono : “Ya memang harus,
saya ini kan masyarakat golongan bawah. Bantuan dari pemerintah itu sangat
berarti bagi saya. Lagian siapa sih yang nggak mau sama uang.”
Pak Kades : “Baiklah kalau
begitu, nanti anda silahkan datang ke kantor desa sambil membawa fotokopian
KK.”
Tarmono : “Baik pak, Terima
kasih atas bantuannya. Saya jadi senang kalau begini.”
Pak Kades : “Berterima
kasihlah kepada Alloh dan juga pemerintah, saya cuman perantara disini.” (Pak Kades kemudian mematikan telponnya)
Tarmono : “Alhamdulillah.....
Rejeki anak sholeh. Nggak sia sia aku tahajjud di sepertiga malam. Saya ambil
bansos dulu ya temen temen......”
Tarmono beranjak dari kursinya,
mengambil berkas yang diminta, dan kemudian pergi ke kantor desa untuk
mengambil bansos.
SELESAI
0 Comments