Ad Code

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

Ticker

6/recent/ticker-posts

Cerita Misteri : Bunker Misterius di Sekolahku Part 2

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

 Disclaimer : Cerita ini hanyalah karangan fiksi, apabila ada kesamaan nama, tempat, atau yang lain merupakan bentuk ketidaksengajaan. Dilarang menyalin sebagian atau keseluruhan dari cerita ini tanpa seizin admin. Terima kasih telah memercayai kami, dan jangan lupa untuk klik iklan pada halaman ini agar kami dapat terus berkarya.



Pleek.... Pleeek..... Kami mendengar suara langkah kaki. Suara itu terdengar seperti mendekati kami. Kami ketakutan, tidak tahu apa yang harus kami lakukan. Mau diam disini rasanya mencekam, mau lari juga tidak sempat. Semakin lama suara itu semakin keras. Kami bergandengan tangan satu sama lain dan memejamkan mata, berharap tidak ada sesuatu yang terjadi. Tak lama setelah itu, salah satu dari kami merasa ada sesuatu yang menyentuh pundaknya.



"Waaaaa...." Teriak Safril yang kaget setelah pundaknya disentuh.
"Kyaaa.... Apa itu??" Rika berteriak dan melompat ke belakang tubuhku.
"Hei..... ngapain kalian disini?" Ucap seseorang dengan nada tinggi.



Setelah kami amati, rupanya yang telah memegang pundak Safril adalah Pak Bianto. Beliau adalah guru fisika di SMA Negeri 3 Malang. Karena aula sekolah ini dipakai oleh 3 sekolah sekaligus, maka jangan heran banyak juga guru dari sekolah sebelah yang berkeliaran di sekitar sini. Pak Bianto ini terkenal garang, beliau tidak segan segan untuk memarahi muridnya apabila tidak mematuhi peraturan yang beliau buat. Aku dan teman temanku dapat bernafas lega setelah tahu bahwa sebenarnya yang membuntuti kami dari tadi adalah Pak Bianto, bukan hantu. 

Sumber : Pixabay

"Kenapa kalian masih disini? ini kan sudah malam....." Ucap Pak Bianto.
"Anu pak, tadi kami ada praktikum di laboratorium. Dan kebetulan kelompok kami baru menyelesaikannya." Aku menjelaskan sambil tersenyum ke Pak Bianto.
"Bapak sendiri kok masih disini? Bukannya semua guru juga sudah pulang?" Tanya Ferdi.
"Saya ada urusan, kalian semua nggak perlu tahu.... udah kalian cepat pulang sana..." Pak Bianto mengusir kami dengan raut muka gelisah. 




Aku merasa ada yang aneh manakala melihat raut muka Pak Bianto, seperti ada sesuatu yang beliau sembunyikan. Maunya aku ingin bertanya kepada beliau, akan tetapi Ferdi keburu mengajakku keluar dari area sekolah. Singkat cerita, kami akhirnya dapat keluar dari sekolah dan kembali ke rumah masing masing. Di tengah perjalanan, aku masih kepikiran dengan kejadian tadi. Apakah yang kami kejar tadi benar benar hantu? Kalau memang itu hantu, berarti apa yang selam aini dibicarakan oleh orang orang adalah benar. Yang menjadi masalah adalah mengapa Pak Bianto terlihat gelisah sewaktu ditanya Ferdi? Apa jangan jangan ini semua ada hubungannya?




Setelah sampai di rumah, aku lekas berganti pakaian dan kemudian membuka laptopku. Rencananya aku akan mencari informasi seluk beluk tentang sekolahku. Mulai dari sejarah sampai apa yang membuat hantu berkeliaran di sekolahku. Awalnya yang keluar di pencarianku hanyalah gosip orang orang yang mengatakan bahwa sekolahku angker. Namun setelah kucari lebih teliti, akhirnya aku menemukan sebuah artikel yang menurutku cukup menarik. Artikel itu membahas tentang Bunker bersejarah yang ada di aula SMA Negeri 1 Malang. Seperti yang kita ketahui, bunker itu dulunya berfungsi sebagai mobilisasi tentara maupun penjabat dari balaikota menuju stasiun Kota Malang. Bunker itu terletak di bawah tangga panggung aula dan diyakini sebagai tempat paling angker di sekolahku. Setelah membaca artikel tersebut, diriku tergugah untuk menelusuri bunker itu. Ya, aku akan masuk ke dalam bunker tersebut dan mengungkap misteri apa yang ada di dalamnya. 




Keesokan harinya, aku menjalani kehidupan seperti biasanya. Mulai dari bangun tidur, mandi, sarapan, dan berangkat ke sekolah. Ketika aku masuk ke dalam gerbang sekolah, aku mendengar siswa yang mengaku bertemu hantu di sekitar aula. Tidak salah lagi kalau sekolah ini menyimpan banyak misteri. Aku akan berusaha mengungkap semuanya, aku juga turut mengajak Ferdi dalam menjalankan misiku. Alasanku mengajak Ferdi adalah karena dia paling berani dan kurang peduli terhadap dunia perhantuan. Rencananya kami akan mengungkap bunker misterius tersebut ketika jam istirahat.




"Fer..... Nanti istirahat ikut aku yuk..." Ajakku.
"Hah,,,,, Kemana?" Tanya Ferdi.
"Mengungkap misteri yang ada di sekolah ini...." Jawabku.
"Apaa?? Mengungkap misteri? Hayu lah.... aku suka dengan misteri" Ferdi beranjak dari tempat duduknya.



Setelah semua siap, kami berdua langsung menuju aula. Awalnya Ferdi bertanya tanya mengenai apa yang akan kulakukan, namun dia berhenti bertanya ketika kami sampai di depan aula. Kami pun sampai di depan aula, kebetulan waktu itu aula sedang tidak digunakan sehingga tidak ada yang dapat mencegah kami. Setelah membuka pintu aula, kami bergerak menuju tangga panggung aula. Disitu aku meringkukkan badan untuk membuka pintu bunker.



"Sebenarnya kita mau ngungkapin misteri apa sih?" Tanya Ferdi.
"Kita akan mengungkapkan kejadian kemarin...." Ucapku sambil mencongkel lantai yang ada di bawah panggung.
"Maksudmu, kejadian berhantu kemarin?" Tanya Ferdi lagi.
"Iya.... Kita akan mengungkapkan langsung dari sarangnya. Kamu takut?" Aku berhasil mencongkel lantai di bawah panggung.
"Ya nggak juga, tapi kalau ada apa apa kamu tanggung jawab ya....." Ucap Ferdi dengan enteng.
"No Problem....." Jawabku.




Setelah berhasil mencongkel lantai yang ada di bawah panggung, kami berdua membuka pintu kayu yang menuutupi bunker. Kreeeek...... Pintu kayu itu terbuka dan kini kami telah berada di hadapan bunker. Sebuah bunker nan gelap serta lembab, bunker yang katanya dihuni oleh beberapa makhluk astral penghuni sekolah. Siapapun yang masuk ke dalam bunker ini konon bakal kesulitan untuk keluar. Aku menyalakan senter yang dari tadi kubawa, perlahan kami berdua mulai memasukki bunker yang gelap itu. 



Awalnya semua tampak baik baik saja, aku menyorotkan senter ke segala penjuru untuk mencari informasi. Alhasil aku menemukan fakta bahwa bunker ini terdiri dari satu jalan yang lurus dan beberapa ruangan. Namun yang kuherankan disini adalah bunker ini tampak bersih seperti ada yang merawatnya, kami tidak menemukan genangan air, tikus, maupun kelelawar disini. Seolah olah bunker ini telah digunakan oleh seseorang. Kami mencoba untuk memasuki salah satu ruangan yang ada di bunker. Dan sama seperti lorong utama, ruangan itu tampak bersih seperti ada seseorang yang membersihkan.




Kami berdua kaget setelah melihat ada lemari di ruangan itu. Tanpa basa basi lagi, kami langsung menghampiri dan memeriksa isi lemari itu. Lemari itu berisikan berkas berkas sekolah yang kemungkinan sudah tidak digunakan. Namun anehnya, berkas tersebut berasal dari SMA Negeri 3 Malang dan tidak ditemukan stempel sekolah, hanya tanda tangan saja. 



"Berkas apa ini?" Tanyaku sambil memeriksa setiap kertas yang ada di lemari. 
"Tunggu sebentar......" Ferdi merampas sebuah kertas dari genggamanku.
"Kenapa Fer?" Tanyaku lagi.
"Ini proposal pembangunan lantai empat SMA Negeri tiga Malang. Aku dengar dari temanku yang sekolah disana, katanya proyek itu mangkrak." Jelas Ferdi.
"Tapi kenapa proposal proyek sepenting itu malah ada di tempat seperti ini?" Tanyaku.
"Entahlah, tapi aku merasa ada penggelapan dana deh..... coba lihat, di proposal ini tertulis dana yang cukup banyak. Akan tetapi di lapangan proyek malah mangkrak." Ferdi menunjukkan bagian perincian dana pada proposal itu.



Teek..... Teek.... Ketika aku akan melihat rincian dana itu, tiba tiba saja kami mendengar suara langkah kaki menghampiri kami. Kami tidak berpikir bahwa itu hantu, kami yakin suara langkah kaki itu berasal dari seseorang dibalik semua ini.


"Sepertinya ada orang menuju kemari...." Ucap Ferdi.
"Baguslah, dengan ini kita dapat meringkus semua pelakunya. Ayo sembunyi dulu." Aku menarik tangan Ferdi masuk ke dalam kolom meja di dekat lemari.



Setelah bersembunyi di bawah kolom meja, tak lama setelah itu masuklah dua orang ke dalam ruangan itu. Satu orang berpakaian pocong, dan satunya lagi adalah orang yang kami kenal, yaitu Pak Bianto. Tak salah lagi kalau beliaulah dalangnya, semua tragedi terror hantu yang ada di aula adalah buatannya. Namun kami masih belum mengetahui alasan sebenarnya mengapa beliau melakukan terror hantu di aula.



"Kau yakin dengan terror seperti ini anak anak bakal menjadi takut dan menjauhi aula?" Tanya Pak Bianto sambil menyalakan sebatang rokok.
"Tentu saja saya yakin bang, saya selalu menerror di saat yang sepi, sehingga terror saya nggak terlalu mencolok." Jawab seseorang sambil membuka kostum pocongnya.
"Ya bagaimanapun juga kita harus melakukan ini, kita harus membuat anak anak dari SMA satu ataupun empat takut mengunjungi aula. Sehingga kita dapat bebas menggunakan aula ini." Pak Bianto menghembuskan asap rokok dari mulutnya.
"Betul sekali pak, toh nanti yang untung juga sekolah kita." Jawab seseorang.



Aku kaget manakala mendengar perkataan Pak Bianto barusan, rupanya selama ini Pak Bianto membuat terror hantu agar siswa takut mendekati aula sehingga SMA tiga dapat memanfaatkan aula dengan bebas. Alasan yang cukup keterlaluan, tega teganya beliau menakut nakuti peserta didik sekolah lain hanya karena alasan sepihak. Ini tidak dapat dibiarkan, dengan segera aku mengeluarkan ponsel dari sakuku. Rencananya aku akan merekam setiap perkataan Pak Bianto, namun dikarenakan aku terlalu gegabah, aku tidak sengaja menyenggol vas bunga di sampingku yang membuat vas bunga itu pecah dan menimbulkan suara.


PYAAAR......


"Woy siapa itu???" Teriak Pak Bianto.
"LARI BAYU...... CEPAT......." Teriak Ferdi sambil menarik diriku keluar dari persembunyian.
"Kalian lagi...... awas ya, akan kubunuh kalian jika tertangkap!!" Pak Bianto dan anak buahnya mulai mengejar kami.



Kami kemudian berlari menuju bunker bagian dalam, entah kemana yang jelas kami berusaha untuk tidak tertangkap oleh Pak Bianto dan anak buahnya. Semakin lama kami semakin masuk ke dalam area bunker, satu demi satu ruangan kami lewati, namun Pak Bianto dan anak buahnya tetap mengejar. Langkah kami mulai melambat, dada kami mulai sesak karena minim oksigen di dalam bunker. Kami tidak sanggup untuk berlari kencang, namun kami harus tetap melakukannya karena Pak Bianto hampir dapat menyusul kami. Disaat terdesak, tiba tiba kami melihat cahaya warna merah dari dalam bunker, cahaya merah itu seolah olah ingin menolong dan menunjukkan kami jalan. CAHAYA MERAH APA ITU ????


BERSAMBUNG KE PART 3



Post a Comment

0 Comments

close
Banner iklan disini