Ad Code

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

Ticker

6/recent/ticker-posts

CERITA PENDEK TENTANG COVID 19 : SESEORANG YANG BERUSAHA MEMECAHKAN TEKA TEKI MEREBAKNYA VIRUS CORONA DI SEKOLAHNYA

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

  Disclaimer : Terima kasih kepada anda yang sudah mempercayakan kepada kami, terus ikuti laman blog kami agar terus merasakan pengalaman membaca cerita sesungguhnya. Dilarang untuk meng Copy Paste cerita tanpa seizin admin.



PERMAINAN CORONA PART 1

Kukuruyuk.........terdengar suara ayam jago berkokok, sementara sang surya mulai menampakkan gemerlapnya, yang pasti hal itu menandakan hari telah beranjak pagi dan seluruh kegiatan telah dimulai. Aku terbangun dari peraduanku, pastinya dengan mata yang masih sayup dan bau nafas yang khas. Rasa dingin membuatku mematikan kipas angin yang sedari malam tadi kunyalakan, disampingnya tampak seonggok kertas yang tulisannya amar samar. Aku pun beranjak dari tempat tidur, merapikan kamar tidur kemudian bergegas menuju kamar mandi untuk sekedar cuci muka.

Sumber : Dokumen pribadi


Namaku Roni Ridwansyah biasa dipanggil Roni, aku merupakan anak dari Achmad Ridwansyah dan Eni Sulikah. Ayahku adalah seorang polisi, beliau berpangkat Bripka ( Brigadir polisi kepala ) dan berdinas pada Satreskrim ( Satuan Reserse Kriminal ) Polda Metro jaya. Sedangkan ibuku hanyalah ibu rumah tangga biasa, keduanya memilikki peran dan tugas yang sangat berat dalam membangun sebuah keluarga. Aku bersekolah di SMA NEGERI 39 Jakarta, yang jaraknya tak jauh dari rumahku. Menjadi seorang anak polisi bukanlah hal yang menyenangkan, karena kami sering berpindah pindah rumah untuk menghindari orang orang yang dendam kepada kami. Aku juga sering diajak dalam penyelidikan, sehingga aku tahu lebih banyak hal mengenai investigasi.

Hari itu nampak biasa saja, semenjak pandemi virus corona ini aku harus dituntut untuk belajar dari rumah. Memang sangat membosankan sih.......karena kegiatanku setiap hari hanya itu itu saja, mulai bangun tidur, makan, belajar, kemudian tidur lagi. Namun dalam pembelajaran jarak jauh ini aku merasakan adanya manfaat, yang tak lain adalah aku semakin mempunyai banyak waktu dengan keluargaku. Setelah cuci muka, aku berpakaian dan kemudian beranjak ke ruang makan untuk sarapan. Disana sudah ada ayah dan ibuku yang juga sedang sarapan.

“Hei Roni.......kau sudah lihat lembaran di meja kamarmu ?” Tanya ayahku.

“Sudah.........soal perizinan sekolah tatap muka kan ?” Tanyaku sambil menyuapkan sayur asem di mulutku.

“Yaps........aku harap kamu setuju untuk sekolah tatap muka, karena sudah lama kamu belajar dari rumah. Badanmu semakin gemuk, dan kamu semakin malas” Kata Ayahku.

“Tapi kan yah......Bukannya Jakarta ini masih banyak kasus covidnya ? toh hal ini juga harus dirembukkan bersama, bukan hanya pendapat ayah saja. Bagaimana dengan ibu ?” Tanyaku lagi.

“Ibu manut saja le.......mungkin kata ayahmu ada baiknya” Kata Ibu sambil membereskan piring yang beliau cuci.

“Baiklah......kami semua mengizinkan untuk pembelajaran tatap, tapi semuanya bergantung padamu” Kata ayahku.

Sebenarnya aku masih tidak setuju akan hal itu, karena menurutku saat ini Jakarta masih belum aman dari yang namanya corona. Namun bagaimana lagi.......hanya inilah caraku untuk berbakti dengan orang tua. Yaitu dengan cara menurut ataupun tidak membantah perkataannya, sebab tahu sendiri kan bagaimana seorang polisi marah.........wkwkwkwkwk. Aku pun mengambil surat blangko itu, kemudian menulis namaku, dan akhirnya ditandatangani bermaterai oleh orang tuaku.  Setelah itu kubuka Handphoneku, tampak banyak sekali notifikasi yang masuk. Pastinya notifikasi itu berisikan tentang pembelajaran tatap muka yang dilaksanakan besok, akhirnya........budaya no life ku berhenti pada saat ini.

Hari yang ditunggu tunggu telah tiba, dengan semangat aku mempersiapkan seluruh perlengkapan sekolahku. Mulai dari kemeja, tas, alat tulis, dan kaos kaki. Rencananya pembelajaran akan dimulai pada pukul 09.00 WIB, dan seluruh siswa diperkenankan untuk berpakaian bebas rapi. Setelah semua siap, aku pun berangkat menuju sekolah dengan mengendarai sepeda motor. Memang dalam musim pandemi seperti ini masyarakat lebih memilih kendaraan pribadi daripada kendaraan umum, disamping aman dari orang lain, kendaraan pribadi juga dinilai lebih leluasa dan fleksibel dalam penggunaan sehari hari. Sesampainya di sekolah, aku diperkenankan untuk masuk dalam bilik desinfektan. Tak lupa juga semua siswa yang masuk harus mencuci tangan dan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Senin 01 – 12 – 2020, kami melaksanakan pembelajaran tatap muka pertama. Para siswa yang masuk dikumpulkan menjadi satu lapangan untuk mengikuti apel dan arahan dari kepala sekolah, pastinya dengan tetap menerapkan jaga jarak antar siswa. Suasana sekolah kala itu tampak lengang, karena hanya beberapa kelas saja yang dijatah untuk masuk. Setiap harinya hanya ada 3 kelas atau 3 rombongan dari setiap jurusan dan jenjangnya, hari itu kelasku XI IPA 5 masuk bersama kelas X IPS 2, dan kelas XII BAHASA. Awalnya apel berjalan lancar lancar saja, pak kepala sekolah nampak ceria hari ini. Walaupun yang jelas ekspresinya tertutup oleh masker, namun beliau mengharapkan agar kami tetap belajar dengan giat di tengah pandemi.

Kekhidmatan apel pecah setelah terdengar keras suara orang yang sedang batuk, rupanya orang yang sedang batuk batuk itu adalah teman dekatku, Anwar. Makin lama batuk Anwar makin parah, tak lama kemudian kami semua dikejutkan oleh Anwar yang tiba tiba saja jatuh tersungkur. Kulitnya kini pucat dan tenggorokannya memerah, semua orang disekitarnya pada berhamburan dan panik. Para guru yang sedang berada di lapangan hari itu segera menelpon ambulans, selang beberapa waktu, ambulan datang dan keluarlah para tenaga kesehatan yang memakai seragam astronot. Tenaga kesehatan itu kemudian membopong Anwar dan segera masuk ke dalam ambulan, akhirnya Anwar bisa dilarikan ke rumah sakit terdekat......Alhamdulillah.

Sumber gambar : https://pixabay.com/id/illustrations/
corona-coronavirus-virus-darah-5174671/

Pelajaran pun dilanjutkan, para guru berusaha menenangkan siswa agar tidak panik. Rata rata siswa yang panik adalah siswa yang waktu itu berbaris di dekat Anwar, mereka semua khawatir dan takut tertular akan penyakit yang dialami oleh Anwar. Namun bapak ibu guru menyangkal akan hal itu, karena masing masing siswa sudah dalam pembatasan jarak yang aman. Hari itu kelas kami dimulai dengan pelajaran Kimia, sekolah membuat kebijakan bahwa hanya pelajaran yang dirasa sulitlah yang diajarkan dalam pembelajaran tatap muka. Aku kembali merasakan bosan hari itu, sebab jujur aku sendiri tidak terlalu suka dengan pelajaran kimia.

Aku pun melihat ke arah luar melalui jendela kelas, kebetulan kelas kami sedang diatas dan aku duduk di pinggir jendela. Halaman luar sekolah tampak terlihat dari bangku yang kududuki ini, tampak jalanan yang sepi akibat pandemi ini. Sejurus kemudian, pandanganku tertuju pada seseorang di luar halaman sekolah. Orang itu tampak memakai masker dan kacamata hitam, orang itu mencurigakan karena dari tadi terus mengawasi kelasku.

“Roni......Roni” Teriak Bu Mande memanggil namaku.

“Eh.....ada apa bu ?” Kataku kaget.

“Dari tadi kamu lihat keluar, sebenarnya apa yang kamu lihat ?” Tanya beliau.

“Nggak ada apa apa bu......hehehehe” Kataku meringis.

Pelajaran pun dilanjutkan, syukurlah tadi Bu Mande tidak menyuruhku untuk menjelaskan kembali apa yang beliau jelaskan. Sebab memang dari tadi aku tidak memperhatikannya, aku berusaha untuk menahan kantuk setelah kejadian itu. Kring......kring, terdengar suara bel sekolah, itu artinya pelajaran hari ini telah usai. Dengan semangat aku segera meninggalkan sekolah, bukan berarti aku terlalu ingin untuk pulang. Akan tetapi aku juga khawatir akan kesehatanku, setibanya di rumah, dengan segera aku mandi dan kemudian membasuh seluruh peralatan sekolahku dengan desinfektan. Orang tuaku heran melihat tingkah lakuku, mereka semua pada bingung mengapa hari ini aku taat sekali dengan protokol kesehatan.

Pembelajaran tatap muka hanya dijatah seminggu sekali untuk kelasku, itu artinya kelasku akan menjalani pembelajaran tatap muka lagi minggu depan. Keesokan harinya, aku memulai hariku dengan kegiatan seperti saat pembelajaran daring. Mulai dari bangun tidur, makan, belajar, kemudian tidur lagi.......huuh membosankan sekali. Tak terasa satu minggu aku kembali menjalani pembelajaran daring, sehingga aku lupa akan ada pembelajaran tatap muka lagi minggu ini. Senin 08 - 12 - 2020, atau tepatnya satu minggu setelah pembelajaran tatap muka pertama, rencananya kami akan melaksanakan pembelajaran di luar jaringan kembali hari ini.

Seperti biasa, setelah kami masuk dan melaksanakan protokol kesehatan, kami diarahkan menuju lapangan untuk apel dan pengarahan dari kepala sekolah. Semua tampak biasa saja, yang membedakan hari ini dan hari hari sebelumnya ada pada ekspresi pak kepala sekolah. Beliau tampak sedih hari ini, mungkin ada suatu masalah dalam keluarganya. Tak lama kemudian aku mendengar pembicaraan dari teman temanku yang ada di belakang.

“Eh....kamu tahu gak, ternyata Anwar sudah meninggal” Kata salah satu siswi.

“Innalillahi......masa yang benar kamu ?” Kata siswi lainnya.

“Iya bener......kemarin ayahku dihubungi oleh wali kelas, mereka semua menginstruksi untuk selalu menjaga anak anaknya” Kata siswi itu lagi.

Aku pun kaget mendengar hal itu, tapi aku masih tidak percaya akan hal itu. Setahuku, Anwar adalah anak yang periang dan ramah. Dia tidak selalu menunjukkan bahwa dia sedang sedih ataupun sedang sakit, dia selalu menampakkan senyuman baik baik saja kepada orang lain. Bak tersambar petir di siang bolong, aku pun kembali kaget dengan pernyataan kepala sekolah. Benar bahwa Anwar telah meninggal dunia, akan tetapi beliau tidak menyebutkan apa yang menjadi penyebab meninggalnya Anwar, yang jelas sepertinya Anwar mengalami sakit yang lumayan parah.

BERSAMBUNG KE PART 2

Post a Comment

0 Comments

close
Banner iklan disini