Ad Code

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

Ticker

6/recent/ticker-posts

Cerita Misteri : Bunker Misterius di Sekolahku Part 3

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

 Disclaimer : Cerita ini hanyalah karangan fiksi, apabila ada kesamaan nama, tempat, atau yang lain merupakan bentuk ketidaksengajaan. Dilarang menyalin sebagian atau keseluruhan dari cerita ini tanpa seizin admin. Terima kasih telah memercayai kami, dan jangan lupa untuk klik iklan pada halaman ini agar kami dapat terus berkarya.





"Awas kalian ya.... kalian bakal merasakan siksaan akibat mencampuri urusan kami." Teriak Pak Bianto dari kejauhan.
"Bayu.... Gimana nih...." Ucap Ferdi dengan panik.
"Tenang Fer, kita pasti menemukan jalan keluar kok...." Jawabku meyakinkan.
"Tapi Bay, aku udah nggak kuat. Aku nggak sanggup berlari lagi...." Ferdi memperlambat langkahnya dengan nafas tersengal sengal.
"Ya ampun Fer.... ini bukan waktunya untuk istirahat." Aku mulai panik.
"Tak apa Bay, kamu tinggalin aku aja disini. Aku bakal menghadapi Pak Bianto dan anak buahnya." Ucap Ferdi dengan memelas.
"Fer, aku yang mengajakmu kesini. Aku juga yang harus bertanggung jawab. Jika kita pergi berdua, maka kita kembali juga harus berdua." Kataku sambil menarik pergelangan tangan Ferdi.





Tak lama setelah itu, kami pun melanjutkan pelarian. Tentunya dengan kecepatan yang lebih lambat karena kami berdua sudah mulai kehabisan tenaga. Suara derap kaki semakin dekat, itu artinya Pak Bianto dan anak buahnya hampir menyusul kami. Ditambah dengan suara teriakannya yang beringas membuat takut siapapun yang mendengarnya. Semakin lama langkah kaki kami semakin berat, rasanya ingin sekali untuk menyerah. Namun secercah harapan mulai muncul, tiba tiba saja muncul cahaya merah di hadapan kami. Cahaya merah itu bergerak seolah olah ingin mengajak kami ke suatu tempat. Awalnya Ferdi ketakutan karena mengira itu hantu yang asli, akan tetapi aku mencoba untuk berpikiran baik. Dengan merangkul Ferdi, aku pun mulai mengikuti arahan yang ditunjukkan oleh cahaya merah misterius itu. 

Sumber : Pixabay

Cahaya merah misterius itu menuntun kami ke sebuah lorong yang lebih sempit, lebarnya hanya sekitar 1 meter atau selebar 2 orang dewasa berjalan. Disaat itu diriku bertanya tanya di dalam hati, mengapa cahaya misterius itu malah membawa kami ke lorong yang lebih sempit? Bukankah hal itu malah menyebabkan kami kurang leluasa bergerak sehingga tidak dapat meninggalkan rombongan Pak Bianto. Tak lama kemudian hal yang mengejutkan terjadi. Tiba tiba saja cahaya misterius itu hilang di kegelapan bunker. Seketika kami menyerah dan pasrah dengan apa yang terjadi berikutnya. Braaak...... Kami berdua menyandung sebuah batu yang mengakibatkan kami terjatuh. Diriku terjatuh dengan kondisi terlentang sementara Ferdi terjatuh dengan kondisi telungkup di sebelahku. 




"Seharusnya kita tidak mengikuti cahaya merah itu....." Sesal Ferdi.
"Maaf, aku kira itu adalah pertolongan." Ungkapku dengan merana.
"Hohoho.... rupanya kalian disini, sudah puas dengan main mainnya?" Pak Bianto datang dengan raut muka kegirangan.
"Lepaskan kami pak......" Teriak Ferdi.
"Betul, lepaskan kami. Kami datang kesini cuma buat menyelidiki hantu yang bergentayangan di bunker ini." Imbuhku.
"Oh tidak bisa, kalian telah membongkar rahasia saya dan sekolah saya. Kalian musti diberi pelajaran agar jera..." Ucap Pak Bianto dengan geram. 




Setelah mengucapkan hal itu, Pak Bianto tampak mengeluarkan sebuah pisau dari sakunya. Aku bergidik ngeri manakala melihat pisau itu, sementara Ferdi tampak pasrah apabila ia harus mati disini. Ketika Pak Bianto melayangkan pisau ke arah kami, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Wooooom......... Fuuuuuuhhsssss....... Cahaya terang dan angin yang cukup kencang muncul dari belakang kami. Tak lama setelah itu, Bruuug.... Bruuug..... terdengarlah suara derapan kaki seperti derapan kaki tentara berbaris menuju ke arah kami. Seketika Pak Bianto dan anak buahnya lari tunggang langgang mendengar suara itu, mereka ketakutan seperti telah melihat hantu. Aku dan Ferdi hanya saling pandang terheran heran karena tidak melihat apa apa. 
    


Cahaya terang mulai meredup, angin yang tadinya kencang kian berubah menjadi sepoi sepoi, suara suara aneh tadi pun mulai menghilang disapu keheningan bunker. Setelah semua kembali normal, kami pun memutuskan untuk keluar dari bunker misterius itu. Kami berdua keluar bunker dengan mengandalkan jejak yang tadi dibuat oleh Pak Bianto dan anak buahnya. Tak lupa juga kami membawa dokumen yang tadi kami temukan, syukurlah dokumen itu masih aman dan tidak diambil oleh mereka. Rencananya aku akan melaporkan dokumen ini ke sekolah supaya sekolah dapat meneruskan ke kepolisian.




Keesokan harinya, kawasan SMA tugu dipenuhi dengan polisi lengkap beserta kendaraan dinasnya. Polisi itu mengamankan Pak Bianto dan anak buahnya serta beberapa barang bukti yang mendukung. Dari investigasi polisi, Pak Bianto sengaja membuat isu hantu aula, kemudian beliau menakut nakuti siswa sekolah lain yang mendekati aula agar aula menjadi sepi dan SMA Negeri 3 Malang dapat memanfaatkan aula dengan bebas. Selain itu, beliau juga terlibat dalam kasus penggelapan proyek pembangunan lantai 4 SMA Negeri 3 Malang. Kasus itu membuat rugi negara sekitar 13 Milyar rupiah. Akibat hal itu, Pak Bianto harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan penjara 8 tahun.





Namun masih ada hal yang membuatku bertanya tanya. Apa sebenarnya cahaya merah yang menolong kami kemarin? Lalu apa yang dilihat oleh Pak Bianto dan anak buahnya sehingga mereka lari ketakutan? Darimana datangnya angin yang kencang dan juga suara derap tentara berbaris? Apakah mereka merupakan salah satu dari penghuni bunker misterius itu?



SELESAI

Post a Comment

0 Comments

close
Banner iklan disini