Ad Code

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

Ticker

6/recent/ticker-posts

Cerita Fantasi : Aku Sudah Tahu

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

 Disclaimer : Cerita ini hanyalah karangan fiksi, apabila ada kesamaan nama, tempat, atau yang lain merupakan bentuk ketidaksengajaan. Dilarang menyalin sebagian atau keseluruhan dari cerita ini tanpa seizin admin. Terima kasih telah memercayai kami, dan jangan lupa untuk klik iklan pada halaman ini agar kami dapat terus berkarya.


Pada zaman dahulu, hiduplah sebuah keluarga kecil di tengah hutan. Keluarga itu hanya terdiri dari ayah dan putra semata wayangnya. Sementara sang ibu telah meninggal dunia ketika melahirkan putra satu satunya itu. Sang ayah bernama Pak Baron, sementara sang anak bernama Samba. Keduanya hidup sebatang kara di bawah sebuah gubug tua yang terbuat dari rumbia. Untuk menyambung hidup, mereka mencari kayu bakar dan berburu satwa liar di tengah hutan. Hasilnya tak pasti, kadang sehari mereka mendapatkan satu ekor kancil, kadang juga tidak mendapatkan apa apa sehingga hari itu mereka harus berpuasa.

Sumber : Pixabay

Meskipun hidup di tengah keterbatasan, akan tetapi mereka tetap hidup bahagia. Sang ayah tetap menyayangi putra satu satunya itu, beliau tetap gigih berburu agar perut anaknya dapat terisi. Sementara sang anak merupakan anak pengertian, setiap hari dia membantu ayahnya bekerja tanpa ada rasa malas. Awalnya mereka mampu melaksanakan kegiatan sehari hari dengan lancar, namun lambat laun produktivitas mereka menurun dikarenakan tubuh sang ayah mulai renta dan tidak sanggup lagi untuk berburu. 

Suatu hari, Pak Baron berpamitan kepada anaknya untuk pergi berburu. Meskipun hari itu kondisi kesehatan beliau kurang baik, namun beliau tetap berusaha berangkat berburu agar nanti malam meja makan mereka terisi.

"Uhuuuk.... Uhuuuk... Samba, Bapak mau berburu dulu ya..." Pak Baron menyalimi anaknya sambil tangan yang lain memegang dadanya.

"Tapi pak.... kondisi bapak kayak kurang sehat gitu. Udah, bapak istirahat di rumah aja, biar Samba yang nanti cari kayu bakar sama cendawan." Usul Samba.

"Gak usah, kamu lelah nanti. Lagipula jika bapak berburu tubuh bapak terasa lebih sehat." Pak Baron kemudian menenteng senapan angin tua miliknya. 

"Tapi.... aku takut bapak kenapa napa." Ucap Samba cemas.

"Udah, kamu jaga rumah saja. Doakan bapak supaya dapat buruan yang banyak hari ini." Pak Baron kemudian meninggalkan anaknya masuk ke dalam hutan.

Setelah bapak sudah tidak terlihat lagi badannya, Samba pun menutup dan mengunci pintu rumahnya. Dia kemudian masuk ke dalam kamar yang menjadi tempat tidur ayah dan dirinya sehari hari. Karena persediaan kayu bakar masih banyak, maka hari ini Samba tidak pergi keluar mencari kayu bakar. Di dalam kamar, dia tampak mengambil sebuah buku dari dalam lemari. Buku itu tampak usang dan tak sedikit dari halamannya terlepas. Samba mulai membaca buku itu dengan serius. Buku itu tampak membuatnya tertarik sehingga dia betah berjam jam membaca buku tersebut. Tiga jam berlalu, Samba masih membaca di tempat yang sama. Gleeek.... tiba tiba saja terdengar suara pintu terbuka, namun hal itu tidak mengusik Samba sama sekali.

"Samba!!!! Kamu baca apa??" Pak Baron merebut buku itu dan membuangnya ke lantai.
"Ya ampun pak..... itu kan buku warisan kakek." Jawab Samba kesal.
"Kamu boleh baca buku yang lain, tapi kamu jangan baca buku ini. Buku ini berisi wawasan poitik, dan kau tau..... POLITIK ITU KEJAM!!!" Ucap Pak Baron dengan gigi gemertak.

Usai mengatakan demikian, tiba tiba saja Pak Baron memegngi dadanya. Pandangannya sayu dan nafasnya tersengal sengal. Melihat hal itu, Samba segera menuntun ayahnya ke atas kasur.

"Ya ampun pak.... Bapak kenapa?" Ucap Samba sedih.
"Bapak nggak papa.... bapak cuman kelelahan hari ini..." Jawab Pak Baron lirih.
"Kesehatan bapak menurun, ayo kita pergi ke tabib...." Ajak Samba
"Gak usah nak... berobat ke tabib mahal, lagipula jaraknya juga jauh dari rumah kita. Ambilkan bapak air putih hangat saja." Ucap sambil tetap memegangi dadanya.

Tanpa basa basi lagi, Samba segera mengambilkan bapaknya air hangat. Setelah mendapatkannya, dia langsung meminumkannya kepada Pak Baron. Usai meminum air hangat, nafas Pak Baron berangsur angsur normal, beliau pun mencoba untuk emejamkan matanya. Samba merasa lega melihat kondisi ayahnya yang mulai membaik, namun terbesit sesuatu di dalam hatinya, mengapa ayahnya melarang membaca buku wawasan politik itu? Padahal itu adalah satu satunya warisan dari kakeknya, apakah ada sesuatu di balik ini semua? Karena tidak ingin membuat bapaknya marah marah lagi, Samba pun mengambil dan menyimpan buku itu kembali. Dia akan melanjutkan membaca ketika waktu dirasa memungkinkan. Setelah menyembunyikan buku yang bermuatan politik tersebut, dia pun menghampiri kembali bapaknya yang terbaring di kasur. Dipijat pijatnya kaki bapaknya yang kurus dan berurat itu.

"Tumben hari ini bapak pulang berburu lebih awal, ada apa?" Tanya Samba sambil memijat-mijat kaki bapaknya.
Bapak menghela nafas "Bapak tadi di rampok...."
"Hah??? Dirampok? Kok bisa?" Samba terkejut
"Gini, tadi bapak seneng udah dapat satu ekor babi. Pas bapak mau cek pulut (jebakan burung) yang ada di hutan utara, tiba tiba beberapa orang melompat dari pohon dan menyergap bapak. Tidak ada yang bapak bisa berikan selain babi itu. Untungnya bapak tidak diapa-apakan dan mereka mempersilahkan bapak untuk pergi." Jelas Pak Baron
"Gakpapa, yang penting bapak selamat. Tapi kenapa bapak tiba tiba sesak nafas gini?" Ucap Samba
"Ya bapak kaget aja tadi, takut diapa-apain oleh mereka. Udah, bapak mau tidur dulu." Pak Baron kemudian memejamkan matanya.

Setelah bapaknya benar benar tertidur, Samba pun meninggalkannya. Kejadian hari ini membuat dia dan bapaknya begitu terpukul. Selain karena hari ini mereka tidak dapat menikmati hasil buruan, kondisi kesehatan bapak juga menurun akibat syok akan hal itu. Samba hanya bisa merawat bapaknya dengan perawatan kesehatan seadanya. Syukurlah kondisi bapak kembali membaik setelah beliau meminum ramuan khusus yang terbuat dari beberapa tanaman herbal di hutan. Kehidupan pun berlanjut seperti biasa, bapak mulai berburu kembali tanpa ada rasa trauma sementara Samba mencari kayu bakar sambil mengawasi bapaknya dari jauh.

Suatu hari, ketika Pak Baron sedang asyik berburu, tiba tiba saja sesak nafasnya kumat. Beberapa kali beliau memegangi dadanya sambil sesekali batuk hebat. Tak lama setelah itu, beliau ambruk ke tanah. Samba yang melihat hal itu dari kejauhan segera membopong ayahnya kembali ke rumah. Di rumah, dengan air mata yang berlinang, Samba berusaha mengoleskan minyak angin pada dada bapak agar beliau siuman. Tak lama setelah itu, Pak Baron akhirnya membuka matanya, namun dengan wajah yang sayu seperti menahan rasa sakit.

"Pak.... Ayo pak, kita ke tabib..." Ucap Samba sambil menitihkan air mata.
"Tidak usah nak, itu bakal menyulitkanmu...." Jawab Pak Baron dengan suara lirih.
"Tapi kondisi bapak sudah seperti ini.... Ayolah kita pergi ke tabib, aku harap mereka mau mengobati bapak sekalipun tidak dibayar." Paksa Samba
Pak Baron membuka lebar matanya, tangannya kemudian memegang bahu Samba "Nak, ketika bapak meninggal nanti, ada satu hal yang bapak pesankan. Tetaplah menjadi pribadi yang baik, jangan bermaksud memperdaya orang. Satu lagi, di bawah tempat tidur ini ada dua buah kotak. Ketika bapak sudah nggak ada, kau buka kotak yang paling besar. Kau laksanakan semua perintah yang ada di dalam kotak itu. Sementara kotak yang lebih kecil jangan dibuka terlebih dahulu, akan ada waktunya untuk kotak tersebut terbuka."
"Bapak ngomong apa sih..... Ayo kita ke tabib pak...." Samba berusaha mengangkat tubuh bapaknya.
"Waktuku sudah tiba....." Ucap bapak sambil tersenyum.

Uhuuuk...... tiba tiba saja Pak Baron batuk keras dan mengeluarkan darah. Tentu saja hal itu membuat Samba kaget. Samba berusaha untuk menggendong ayahnya pergi menuju tabib. Namun terlambat, nafas Pak Baron telah berhenti, denyut nadi sudah tidak terasa, Pak Baron telah meninggal dunia. Hal itu tentu saja membuat Sama terpukul, seisi rumah dipenuhi dengan erangan tangisan dirinya. Samba berusaha untuk mengguncang-ngguncangkan tubuh Pak Baron, namun hal itu sia sia. Pak Baron tidak dapat bangkit lagi. Pada akhirnya, dia harus merelakan keluarga satu satunya itu pergi untuk selamanya.

Bersama dengan kelompok pemburu lain, Samba menguburkan ayahnya di tepi sungai. Awalnya kelompok pemburu lain itu memberikan dukungan moral dan menemani Samba  menginap di rumah selama beberapa hari. Namun hal itu tidak dapat menghilangkan kesedihan pada diri Samba. Sebab kini dia sudah tidak punya siapa siapa untuk berlindung maupun mencurahkan isi hati. Setelah kelompok pemburu itu pulang rumah kembali sepi, bahkan terasa sepi daripada saat bapak masih ada. Hari hari yang dilalui setelahnya dia isi dengan murung di dalam kamar. Tanpa ada tujuan hidup yang jelas, dia menyesali setiap tindakan tindakan kemarin. Mengapa dia tidak langsung membawa bapak menuju tabib? 

Suatu hari, ketika dia sedang melamun menghadap jendela, dia teringat dengan pesan yang disampaikan oleh bapaknya sebelum meninggal. Samba meloncat dari atas tempat tidur dan mengambil benda yang dimaksud oleh bapak di bawah tempat tidur. Sesuai dengan arahan dari mendiang Pak Baron, samba kemudian membuka kotak yang paling besar. Di dalam kotak tersebut berisi sebuah kertas yang bertuliskan

"BERJALANLAH MENUJU KOTA SAMBIL BERBICARA "AKU SUDAH TAHU" SECARA BERULANG ULANG, NISCAYA KAMU AKAN MENEMUKAN KEBAHAGIAAN"

Awalnya Samba merasa ragu akan pesan tersebut, karena jarak kota sangatlah jauh dan dia tidak punya perbekalan untuk pergi kesana. Barulah keraguan itu dapat terpatahkan setelah dia menyadari bahwa ada isi yang lain di dalam kotak besar tersebut. Selain secarik kertas, kotak tersebut juga berisikan sejumlah emas yang kemungkinan disiapkan oleh Pak Baron untuk bekal perjalanan anaknya. Samba sangat sedih terharu melihat hal itu, karena diam diam bapaknya telah menyiapkan bekal untuk masa depan anaknya. Tekad Samba mulai membesar, dia akan mengabulkan pesan ayahnya. Dia mulai bersiap siap untuk melakukan perjalanan. Keesokan harinya, Samba mulai melakukan perjalanan, meninggalkan rumah yang bertahun tahun ia jadikan tempat perlindungan. Tentunya dia berjalan sambil mengucapkan kata "AKU SUDAH TAHU".



Lanjut ke part 2.

Post a Comment

0 Comments

close
Banner iklan disini