Ad Code

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

Ticker

6/recent/ticker-posts

Author Menggila, Episode 1 : Plagiasi Berkedok Imajinasi

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

 Disclaimer : Artikel ini dibuat bukan untuk menjelek jelekkan suatu kondisi maupun golongan. Melainkan dibuat untuk membahas suatu fenomena yang terjadi di dunia kepenulisan serta opini opini di dalamnya. Dimohon untuk membaca artikel ini dari awal sampai akhir agar memahami isi konteks artikel yang sebenarnya. Jangan lupa untuk share artikel ini apabila artikel ini bermanfaat. Bersiaplah karena anda bakal masuk ke sisi gelap dunia kepenulisan.  


Kita pasti pernah menjumpai sebuah cerita yang sekilas mirip dengan cerita lain, atau cerita tersebut mirip dengan karya yang telah ada sebelumnya seperti novel, film, drama, dan lain sebagainya. Sebagai contoh, beberapa novel tentang korea di wattpad pasti alurnya mirip dengan drakor, paling yang membedakan dari keduanya adalah nama tokohnya :D Meskipun kita tidak pernah menghafal satu persatu cerita yang kita baca, namun kita bisa langsung tahu apabila terdapat kesamaan cerita satu dengan cerita yang lain. Plagiarisme seperti ini sudah menjadi hal umum di dunia kepenulisan, namun sayangnya masih belum ada kesadaran untuk menangani hal ini sehingga plagiarisme seperti ini menjadi "momok" yang berkepanjangan. Banyak sekali penulis yang dirugikan akan hal ini, sementara itu para pelaku masih dengan santainya melakukan tindakan ini terus menerus.


Selamat datang di konten AUTHOR MENGGILA, sebuah konten yang dibuat khusus untuk membahas fenomena dalam dunia kepenulisan. Mulai dari sisi terang sampai ke sisi paling gelap. Tak hanya itu, beragam opini juga dihadirkan untuk memperkuat fenomena ini. Dunia kepenulisan tak selalu indah, maka bersiaplah karena akan ada banyak kejutan.


Sumber : Dokumen Pribadi

Plagiarisme, merupakan hal umum di dunia kepenulisan. Plagiarisme merupakan tindakan meniru atau menjiplak karya orang lain dengan maksud dan tujuan tertentu. Tindakan ini sangatlah kontroversial karena dapat merusak orisinalitas karya sehingga pembuat karya  dirugikan. Coba bayangkan, anda capek capek membuat sebuah cerita pendek, kemudian ada orang lain yang menyalin karya anda dan mengubahnya. Bagaimana perasaan anda? tentu anda akan merasa kesal. Biasanya para pelaku plagiarisme menyasar karya yang tidak dilindungi oleh undang undang hak cipta, seperti cerita di sosial media, novel online, dan lain lain. Bahkan masih ada yang berani memplagiasi novel novel terkenal dan menjualnya di pasaran.

Banyak orang mengira, tindakan ini sangatlah lumrah di dunia kepenulisan. Dengan kecanggihan teknologi, pelaku dapat mengunduh dan menyalin sebuah karya dengan mudah. Hal inilah yang dapat memicu kasus plagiarisme semakin berkembang. Awalnya pelaku plagiarisme menyalin naskah secara mentah mentah dan kemudian memasarkannya. Namun saat ini para pelaku plagiarisme semakin pintar, mereka menyalin karya orang lain dan mengubah sedikit isi karya tersebut entah itu nama tokoh, setting, maupun jalan cerita agar tidak terlihat seperti menjiplak. Tindakan seperti ini baru diketahui manakala penulis yang asli membaca cerita hasil bajakan tersebut.

Namun, masih ada fenomena lain yang berhubungan dengan plagiasi. Yaitu membaca karya orang lain dengan dalih "imajinasi". Oke oke, mungkin banyak yang tidak sependapat dengan hal ini. Kita semua pasti akan membaca karya orang lain apabila mengalami kebuntuan di tengah tengah proses penulisan. Karena kalau tidak dari situ, dimana lagi kita dapat menemukan inspirasi? Admin sendiri juga akan membaca karya orang lain apabila tidak dapat melanjutkan sebuah karya. Akan tetapi yang ditekankan dalam artikel ini adalah jumlah kuantitas pengambilan ide manakala kita membaca sebuah referensi. Kata kunci dalam artikel kali ini adalah "KUANTITAS".

Para penulis mengira bahwa tindakan seperti ini "suci" karena tidak merugikan pihak lain. Namun tindakan ini bisa saja menjadi plagiarisme apabila kelewat batas. Penulis beralasan mereka dapat menemukan berbagai ide manakala membaca karya orang lain. Bagi mereka, karya orang lain dapat memberikan gambaran mengenai kelanjutan karya yang mereka tulis. Sebagai contoh, ketika kita mengalami kebuntuan dalam menulis cerita romance, maka kita juga akan membaca cerita romance karya orang lain. Dari situlah kita dapat mengetahui bagaimana isi cerita romance tersebut, bagaimana karakter tokoh cowoknya, bagaimana jalannya hubungan mereka berdua, dan hal yang paling sering membuat pembaca terpukau adalah masalah yang ada di dalam hubungan mereka. Ada beberapa tipe penulis dalam membaca referensi dan mengadopsinya ke dalam cerita.

  • Tipe penulis idealis, biasanya membaca referensi cerita lain kemudian mulai melanjutkan menulis tanpa ada isi yang diadopsi. Bagi mereka, membaca karya orang lain merupakan sarana hiburan dan merilekskan otak setelah seharian menulis. 
  • Tipe penulis kontemporer, merupakan tipe penulis yang biasanya langsung membaca karya orang lain manakala mengalami kebuntuan. Bukan untuk memplagiasi isi cerita, melainkan untuk melihat bagaimana penulis lain membawakan cerita. Mulai dari pemilihan kata kata, penggambaran suasana, penggambaran karakter tokoh, dan lain sebagainya. Namun terkadang beberapa penulis mengadopsi "sedikit" jalan cerita dari apa yang telah mereka baca. Dengan catatan, adopsi tersebut tidak menyerupai karya sebelumnya.
  • Tipe penulis nakal, tipe penulis inilah yang biasanya salah mengartikan "imajinasi didapat dari sebuah referensi". Ketika sedang mengalami kebuntuan, mereka akan menyerah dan kemudian mengadopsi secara utuh referensi yang mereka baca. Sehingga jalan cerita dari cerita yang mereka buat tidak sebenar benarnya dari mereka. Mereka hanya mengganti nama tokoh dan menyesuaikan dengan alur yang sebelumnya mereka buat. Tipe penulis ini sangatlah banyak sehingga banyak yang salah persepsi mengenai "imajinasi".

Dari ketiga tipe diatas, tipe ketiga yang paling banyak ditemui di lapangan. Awalnya penulis membaca referensi hanya untuk melihat bagaimana penulis referensi tersebut menyampaikan isi cerita. Namun mereka tak sadar sehingga mereka terlalu banyak mengadopsi jalan cerita. Tentunya hal ini tidak dapat dipungkiri karena kebanyakan penulis terlalu asyik membaca referensi sehingga mereka menuliskan apa yang mereka ingat di kepala mereka. Lantas bagaimana cara menghindari hal tersebut? Apakah kita tetap pasrah meskipun hal itu terjadi? Berikut ini cara agar tidak mengadopsi jalan cerita orang lain manakala membaca referensi sehingga terhindar dari tindakan plagiarisme.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah tetap fokus pada tujuan membaca referensi. Jika kita membaca referensi semata mata untuk melihat bagaimana penulis dalam memilih diksi, maka fokuslah terhadap hal tersebut. Jangan sampai terlarut dalam jalan cerita, Apabila masih terlarut dalam jalan cerita, coba untuk mencari kesalahan ejaan dalam dalam isi referensi. Hal tersebut dapat meningkatkan awas kita terhadap pemilihan diksi yang ada di dalam referensi tersebut. Selanjutnya, catat mengenai bagaimana penulis dalam memilih diksi referensi pada sebuah buram. Catatan tersebut kemudian dapat kita implementasikan terhadap karya yang akan kita buat.


KESIMPULAN

Sebenarnya mengadopsi jalan cerita adalah hal yang lumrah di kalangan penulis. Karena setiap penulis pasti mencari inspirasi dari karya karya yang sudah ada dan kemudian mengimplementasikan apa yang mereka baca ke dalam karya mereka. Namun ada hal yang harus diperhatikan yakni plagiasi. Mencari inspirasi diperbolehkan apabila mengadopsi kriteria tertentu seperti pemilihan diksi, penggunaan tanda baca, penataan alur, dan lain sebagainya. Mencari inspirasi dengan mengadopsi jalan cerita sama saja dengan plagiasi. 

Post a Comment

0 Comments

close
Banner iklan disini